Firman Allah
Ta'ala, "... dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air besar (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang
baik (bersih): sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (al-Maa'idah: 6)
Firman Allah
Ta'ala, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan, jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci):
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya, Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun." (an-Nisaa': 43)
Bab Ke-1:
Berwudhu Sebelum Mandi
147. Aisyah istri Nabi Muhammad saw. berkata bahwa apabila Nabi Muhammad saw mandi janabah beliau mulai dengan membasuh kedua tangan beliau, kemudian beliau wudhu sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari-jari beliau ke dalam air, lalu beliau menyeling-nyelingi pangkal rambut, kemudian beliau menuangkan (dalam satu riwayat: sehingga apabila beliau merasa sudah meratakan air ke seluruh kulitnya, beliau menuangkan, l/ 72) tiga ciduk pada kepala beliau dengan kedua tangan beliau, kemudian menuangkan air pada kulit beliau secara keseluruhan."
147. Aisyah istri Nabi Muhammad saw. berkata bahwa apabila Nabi Muhammad saw mandi janabah beliau mulai dengan membasuh kedua tangan beliau, kemudian beliau wudhu sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari-jari beliau ke dalam air, lalu beliau menyeling-nyelingi pangkal rambut, kemudian beliau menuangkan (dalam satu riwayat: sehingga apabila beliau merasa sudah meratakan air ke seluruh kulitnya, beliau menuangkan, l/ 72) tiga ciduk pada kepala beliau dengan kedua tangan beliau, kemudian menuangkan air pada kulit beliau secara keseluruhan."
Bab Ke-2: Mandinya Seorang Suami Bersama Istrinya
148. Aisyah r.a.
berkata, "Aku mandi bersama Nabi Muhammad saw. dari sebuah bejana/tempat air
[masing-masing kami junub, 1/78] dari sebuah mangkok yang disebut faraq (tempat
air yang memuat tiga sha'), [tangan kami saling bergantian di dalam bejana itu,
1/ 70] (dalam satu riwayat: kami menciduk bersama-sama dalam bejana itu,
l/72)[1] (dalam
satu riwayat: tempat mencuci pakaian ini diletakkan untukku dan untuk Rasulullah
saw., lalu kami masuk ke dalamnya bersama-sama, 8/154)."
Bab Ke-3: Mandi dengan Satu Gantang (Empat Mud) Air dan Semacamnya
149. Abu Salamah
berkata, "Aku dan saudara lelaki Aisyah memasuki tempat Aisyah, lalu saudaranya
itu menanyakan kepadanya mengenai cara mandi Nabi Muhammad saw. Ia lalu meminta
agar dibawakan satu tempat air sekitar (ukuran) satu sha', lalu ia mandi dan
menuangkan air pada kepalanya, sedangkan antara kami dan Aisyah ada
tirainya."
150. Abu Ja'far berkata bahwa ia berada di tempat Jabir bin Abdullah dan ayahnya ada pula di situ. Di dekatnya ada sekelompok kaum. Mereka menanyakan kepadanya perihal mandi janabah, lalu ia berkata, "Satu sha' cukup bagimu." Seorang laki-laki berkata, 'Tidak cukup bagiku." Jabir lalu berkata, "(Satu sha' itu) cukup bagi orang yang rambutnya lebih banyak dan lebih baik daripadamu." Ia lalu menuju kami dalam satu pakaian. (Dan dari jalan lain: dari Abu Ja'far, katanya, "Jabir berkata kepadaku, 'Pamanmu-yakni al-Hasan bin Muhammad al-Hanafiyah-datang kepadaku seraya bertanya, 'Bagaimana cara mandi janabah?' Aku jawab, 'Nabi Muhammad saw mengambil tiga cakupan air dan menuangkannya ke kepala beliau, kemudian menuangkan ke seluruh tubuh beliau.' Al-Hasan berkata, 'Sesungguhnya, aku berambut lebat.' Aku jawab, 'Nabi Muhammad saw lebih lebat rambutnya daripada engkau.")
151. Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi Muhammad saw dan Maimunah mandi (bersama) dari satu wadah.
Abu Abdillah berkata, "Ibnu Uyainah memberikan komentar akhir, 'Dari Ibnu Abbas dari Maimunah dan yang sahih ialah apa yang diriwayatkan oleh Abu Nu'aim'"[2]
Bab Ke-4: Orang yang Menuangkan Air di Atas Kepalanya Tiga Kali
152. Jubair bin
Muth'im berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Adapun aku maka aku tuangkan air
atas kepalaku tiga kali,' dan beliau mengisyaratkan dengan kedua tangan
beliau.[3]
Bab Ke-5: Mandi Satu Kali Mandian
153. Maimunah
berkata, "Aku pernah meletakkan (dalam satu riwayat: menuangkan) air untuk Nabi
Muhammad saw untuk dipakai mandi [janabah, 1/ 68] [dan aku menabirinya]. Beliau
lalu membasuh kedua tangannya dua atau tiga kali, kemudian menuangkan air
[dengan tangan kanannya] atas tangan kirinya, lalu beliau membasuh kemaluan: dan
apa-apa yang ada di sekitarnya yang terkena kotoran. Beliau lalu
menggosok-gosokkan tangannya ke atas tanah (dan dalam satu riwayat:
menggosokkannya ke dinding, 1/70; dalam riwayat lain: ke tanah atau ke dinding,
1/71 dan 72) [dua atau tiga kali] [kemudian mencucinya], lalu berkumur-kumur,
mencuci hidungnya dengan air, membasuh wajah dan kedua tangannya [dan membasuh
kepalanya tiga kali 1/71], (dalam satu riwayat: berwudhu seperti wudhunya untuk
shalat, hanya saja tidak membasuh kakinya, 1/68), kemudian menyiramkan air ke
seluruh tubuhnya, lalu bergerak dari tempatnya dan mencuci kedua kakinya,
[kemudian dibawakan sapu tangan kepada beliau, tetapi beliau tidak
menggunakannya untuk mengusap tubuhnya (dalam satu riwayat: lalu aku bawakan
penyeka/handuk, lalu beliau berbuat begini, tetapi tidak mengulanginya), (dalam
riwayat lain: lalu aku bawakan kain, tetapi tidak beliau ambil, lalu beliau
pergi sambil mengusapkan kedua tangannya.)]."
Bab Ke-6: Orang yang Memulai Mandi dengan Menggunakan Harum-Haruman atau Wangi-Wangian
154. Aisyah
berkata, "Apabila Nabi Muhammad saw mandi janabah, beliau minta dibawakan hilab
(bejana). Beliau mengambil dengan kedua telapak tangan beliau; beliau memulai
dengan bagian kepala yang kanan kemudian yang kiri, lalu beliau lanjutkan pada
bagian tengah kepala."
Bab Ke-7: Berkumur-kumur dan Menghirup Air ke dalam Hidung Ketika Mandi Janabah
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Maimunah di muka.")
Bab Ke-8:
Mengusap Tangan dengan Debu Agar Lebih Bersih
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Maimunah di
muka.")
Bab Ke-9:
Dapatkah Seorang yang Junub Meletakkan Tangannya di dalam Belanga (yang Berisi
Air) sebelum Mencucinya Apabila Ia Tidak Terkotori Barang yang Kotor Kecuali
Janabah?
Ibnu Umar dan
al-Bara' bin Azib biasa memasukkan tangannya ke dalam air tanpa mencucinya,
kemudian mereka berwudhu.[4]
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas berpendapat tidak ada bahaya apa-apa apabila air menetes dari tubuh (ketika mandi) ke dalam tempat yang dipakai mandi janabah itu.[5]
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas berpendapat tidak ada bahaya apa-apa apabila air menetes dari tubuh (ketika mandi) ke dalam tempat yang dipakai mandi janabah itu.[5]
155. Anas bin
Malik, "Nabi Muhammad saw dan salah seorang istrinya mandi [janabah] bersama
dari satu bejana."[6]
Bab Ke-10:
Memisahkan Mandi dan Wudhu
Disebutkan dari
Ibnu Umar bahwa dia mencuci kedua kakinya setelah air wudhu (pada
anggota-anggota tubuhnya) telah kering.[7]
Bab Ke-11:
Menyiramkan Air dengan Tangan Kanannya ke Tangan Kirinya Waktu
Mandi
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Maimunah yang
diisyaratkan di muka.")
Bab Ke-12:
Apabila Menyetubuhi Istri Lalu Mengulanginya dan Suami yang Menggilir Beberapa
Istrinya dalam Satu Kali Mandi
156. Muhammad bin
al-Muntasyir berkata, "Aku menyebutkan hal itu kepada Aisyah, (dalam satu
riwayat: Aku bertanya kepada Aisyah, lalu aku sebutkan perkataan Ibnu Umar, 'Aku
tidak suka melakukan ihram dengan memakai wangi-wangian.' 1/72)[8] lalu ia (Aisyah)
berkata, 'Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada ayah Abdur Rahman (yakni
Ibnu Umar). Aku pernah memakaikan harum-haruman kepada Rasulullah saw, lalu
beliau mengelilingi (mencampuri secara bergantian) istri-istri beliau, kemudian
pagi-pagi beliau ihram dan memercikkan harum-haruman (minyak wangi)'"
157. Anas bin Malik
berkata, "Nabi Muhammad saw. selalu mengelilingi (mendatangi) istri-istri beliau
pada satu malam dan siang, dan mereka ada sebelas orang wanita (dalam satu
riwayat: sembilan orang wanita, 6/117)." Salah seorang yang meriwayatkan hadits
ini (yakni Qatadah) berkata, "Aku bertanya kepada Anas, 'Apakah beliau mampu
melakukan hal itu?' Ia menjawab, 'Kami katakan bahwa beliau diberi kekuatan tiga
puluh orang.'"
Bab Ke-13: Mencuci Madzi dan Berwudhu Karenanya
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ali yang
disebutkan pada nomor 87 di muka.")
Bab Ke-14: Orang yang Memakai Wangi-Wangian Lalu Mandi dan Masih Tertinggal Bekas Bau Wangi-Wangiannya
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah yang
baru saja disebutkan di muka.")
Bab Ke-15:
Membasuh Sela-Sela Rambut Sehingga Jika Telah Diperkirakan Bahwa Air Sudah
Merata Pada Kulit Lalu Menuangkan Air di Atas Seluruh Tubuh
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah yang
tertera pada nomor 147 di muka.")
Bab Ke-16: Orang
yang Berwudhu dalam Janabah Lalu Membasuh Tubuhnya yang Lain dan Tidak
Mengulangi Membasuh Tempat-Tempat Anggota Wudhu Sekali Lagi
(Aku berkata, "Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Maimunah yang tercantum pada nomor 153 di atas.")
Bab Ke-17:
Apabila Teringat Setelah Ada di Masjid Bahwa Dirinya Menanggung Janabah Lalu
Keluar Sebagaimana Keadaannya dan Tidak Bertayamum
158. Abu Hurairah r.a. berkata, "Shalat diiqamati dan shaf-shaf telah diluruskan berdirinya, lalu Rasulullah saw keluar kepada kami [kemudian beliau maju ke depan, padahal beliau junub, 1/157]. Ketika beliau berdiri di tempat shalat, beliau teringat bahwa beliau junub, lalu beliau bersabda kepada kami, Tetaplah di tempatmu.' [Maka, kami tetap dalam keadaan kami], kemudian beliau pulang, lalu mandi, kemudian beliau keluar ke tempat kami, sedang kepala beliau masih meneteskan air, lalu beliau bertakbir, dan kami shalat bersama beliau."[9]
Bab Ke-18:
Melenyapkan Air dari Tubuh dengan Tangan Setelah Mandi Janabah
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Maimunah di
muka.")
Bab Ke-19: Orang yang Memulai dengan Belahan Kepalanya Bagian Kanan Waktu Mandi
159. Aisyah
berkata, "Apabila salah seorang di antara kami junub, dia mengambil air dengan
kedua tangannya tiga kali untuk dibasuhkan di atas kepalanya, kemudian mengambil
lagi air dengan tangannya yang satu untuk dituangkan pada belahan kepalanya yang
bagian kanan dan mengambil air lagi dengan tangannya yang lain untuk dituangkan
pada belahan kepala bagian kiri."
Bab Ke-20: Orang
yang Mandi Sendirian dengan Telanjang di Tempat Sunyi dan Orang yang Menggunakan
Tutup, Maka yang Menggunakan Tutup Itulah yang Lebih Utama
Bahaz berkata dari
ayahnya, dari kakeknya bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Allah itu lebih berhak
dimalui daripada seluruh manusia."[10]
160. Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Nabi Ayyub mandi telanjang, lalu jatuhlah atasnya belalang emas [yang banyak, 8/ 197], maka Ayyub memasukkan ke dalam pakaiannya. Tuhan lalu memanggilnya, 'Hai Ayyub, bukankah Aku telah mencukupkanmu dari yang kamu lihat?' Ia berkata, 'Ya, demi kemuliaan Mu [wahai Tuhanku], tetapi tidak ada batas kecukupan bagiku (yakni aku selalu membutuhkan) kepada berkah Mu."'
Bab Ke-21:
Membuat Tutup di Waktu Mandi di Sisi Orang Banyak
Bab Ke-22:
Apabila Wanita Mimpi Bersetubuh
161. (Hadits ini
telah disebutkan pada nomor 86).
Bab Ke-23:
Keringat Orang yang Menanggung Janabah dan Orang Muslim Tidak Najis
163. Abu Hurairah
berkata bahwa Nabi Muhammad saw bertemu dengannya di salah satu jalan Madinah,
sedangkan dia dalam keadaan junub [(katanya), "Lalu beliau memegang tanganku,
kemudian aku berjalan dengan beliau hingga beliau duduk, 1/75], lalu aku
menghindar dari beliau." Kemudian, dia pergi mandi, lalu kembali lagi. (Dalam
satu riwayat: Lalu aku datang, sedangkan beliau masih duduk), lalu beliau
bertanya, "Di mana engkau tadi, wahai Abu Hurairah?" Abu Hurairah menjawab, "Aku
dalam keadaan junub, maka aku tidak suka duduk bersama dalam keadaan aku tidak
suci." Nabi menimpali, "Subhanallah! [Wahai Abu Hurairah],
sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis."
sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis."
Bab Ke-24: Orang
Junub Keluar dan Berjalan-jalan di Pasar Atau di Mana Saja
Atha' berkata,
"Orang junub itu boleh saja bercanduk, memotong kukunya, dan juga mencukur
kepalanya meskipun belum berwudhu."[11]
Bab Ke-25:
Keberadaan Orang Junub di Rumah Apabila Ia Mandi
163. Ibnu Umar
berkata bahwa Umar ibnul Khaththab bertanya kepada Nabi Muhammad saw., "Apakah
seseorang di antara kita boleh tidur dalam keadaan junub?" Beliau menjawab,
"Boleh, apabila seseorang di antaramu berwudhu, tidurlah dalam keadaan junub."
(Dalam riwayat lain: Berwudhulah dan cucilah kemaluanmu, kemudian
tidurlah.")
Bab Ke-26: Orang
Junub yang Berwudhu Lalu Tidur
164. Aisyah
berkata, "Biasanya, apabila Nabi Muhammad saw hendak tidur, padahal beliau masih
junub, beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu seperti wudhu untuk
shalat."
Bab Ke-27:
Apabila Kemaluan Laki-Laki dan Perempuan Bertemu
165. Abu Hurairah
r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Apabila seseorang duduk di
antara cabang wanita yang empat yakni antara kedua kaki dan kedua tangan,
kemudian mengerjakannya dengan sungguh-sungguh (yakni menyetubuhinya), sungguh
ia wajib mandi."
Bab Ke-28:
Membersihkan Sesuatu Yang Basah yang Keluar dari Kemaluan Seorang Wanita Apabila
Mengenai Seseorang
166. Ubay bin Ka'ab
berkata, "Wahai Rasulullah, apabila seorang laki-laki menyetubuhi istrinya,
tetapi tidak mengeluarkan mani, apakah yang wajib dilakukan olehnya?" Beliau
menjawab, "Hendaklah dia mencuci bagian-bagian yang bersentuhan dengan kemaluan
wanita, berwudhu, lalu shalat."[12]
Abu Abdillah
berkata, "Mandi adalah lebih hati-hati dan merupakan peraturan hukum yang
terakhir. Telah kami jelaskan perbedaan pendapat di antara mereka mengenai
masalah ini."
Catatan
Kaki:
[1] Ibnu Khuzaimah menambahkan di dalam Shahih-nya (nomor
251, terbitan Beirut) dari jalan lain dari Aisyah, ia berkata, "Aku yang
memulainya, lalu aku tuangkan air ke atas kedua tangan beliau sebelum beliau
memasukkannya ke dalam air." Sanadnya bagus.
[2] Maksudnya, riwayat dari Ibnu Abbas tanpa menyebut Maimunah ini adalah sahih; berbeda dengan riwayat Ibnu Uyainah yang mengatakan dari Ibnu Abbas dari Maimunah karena riwayat ini ganjil.
[3] Hadits ini diringkas karena adanya isyarat pada
perkataan beliau, "Amma anaa..." (Adapun saya di dalam riwayat Muslim (1/178)
disebutkan bagian sebelumnya dari Jubair, katanya, "Orang-orang berdebat tentang
mandi di sisi Rasulullah saw., lalu sebagian orang berkata, 'Adapun aku, maka
aku cuci kepala aku begini dan begini.' Kemudian Rasulullah saw. bersabda,
'Adapun aku ....'"
[4] Atsar Ibnu Umar di-maushul-kan oleh Sa'id bin
Manshur, sedangkan atsar al-Barra' di-maushul-kan oleh Ibnu Abi
Syaibah.
[5] Atsar Ibnu Umar di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dan
atsar Ibnu Abbas di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah, dan oleh Abdur Razzaq
dari jalan lain darinya.
[6] Tambahan ini disebutkan secara mutlak oleh penyusun,
dan al-Hafizh tidak men-takhrij-nya.
[7] Di-maushul-kan oleh Imam Syafi'i (nomor 70) dengan
sanad sahih darinya (Ibnu Umar), tetapi dalam riwayat ini disebutkan bahwa Ibnu
Umar berwudhu dengan mencuci betisnya, bukan kakinya, kemudian masuk masjid,
kemudian mengusap kedua khuf-nya, lalu shalat dengannya.
[8] Imam Muslim menambahkan (4/12-13), "Sungguh,
seandainya aku melabur dengan aspal lebih aku sukai daripada berbuat
begitu."
Aku (al-Albani) berkata, "Ibrahim an-Nakha'i dan lain-lainnya mengingkari sikap Ibnu Umar itu, mengingat riwayat Aisyah, sebagaimana akan disebutkan pada Kitab ke-25 'al-Hajj', Bab ke-18."
Aku (al-Albani) berkata, "Ibrahim an-Nakha'i dan lain-lainnya mengingkari sikap Ibnu Umar itu, mengingat riwayat Aisyah, sebagaimana akan disebutkan pada Kitab ke-25 'al-Hajj', Bab ke-18."
[9] Terdapat kisah lain yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah
ats-Tsaqafi dan lainnya; di situ disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. bertakbir,
kemudian berisyarat kepada mereka agar tetap di tempatnya, kemudian beliau pergi
mandi, lantas shalat dengan mereka. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya, dan
telah aku takhrij dan aku tahqiq kesahihannya di dalam Shahih Abi Dawud nomor
226.
[10] Di-maushul-kan oleh Ashhabus Sunan dan lainnya
dari Bahaz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, yaitu Muawiyah bin Haidah,
dan sanadnya hasan, dan telah aku takhrij di dalam Adabuz Zifaf, halaman
36.
[11] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq dengan sanad
sahih.
[12] Hadits semakna dengannya telah disebutkan pada
Kitab ke-4 "al-Wudhu" dari hadits Utsman dan lainnya, nomor 116, dan hadits ini
di-nasakh (dihapuskan) dengan hadits-hadits lain sebagaimana dapat kita lihat
dalam al Muntaqa dan lain-lainnya. Lihat ta'liq di muka pada nomor
13.
Sumber:
Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)